Rabu, 25 November 2015

Sunrise Of Java Banyuwangi

Sunrise Of Java ( Banyuwangi )
Banyuwangi sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Ibu kotanya adalah Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur pulau jawa, di kawasan tapal kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudera Hindia  di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowso di barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang terluas di Pulau Jawa. Banyuwangi mempunyai sebutan yaitu Sunrise Of Java.
Makanan khas Banyuwangi
Rujak Soto salah satu makanan khas Banyuwangi. Rujaknya seperti rujak Jawa Timur-an umumnya, yaitu irisan lontong dibubuhi kangkung, tauge, ketimun, tahu, dan tempe, dibubuhi sambal petis dengan kacang tanah dan gula merah. Seperti rujak Jawa Timur umumnya, sambalnya memakai pisang kluthuk batu yang diuleg bersama bumbu-bumbu lainnya. Rujak segar itu kemudian diguyur dengan kuah soto babat yang encer dan berwarna kuning.
Sego Tempong adalah ciri khas menu masakan Banyuwangi ini. Nasi ini semacam dengan nasi lalapan yang khas dari kota Banyuwangi. Bedanya, terletak di sambalnya yang terasa sangat pedas. Kenapa dinamakan Sego Tempong (tempeleng)? karena setelah makan sego tempong rasanya seperti ditempeleng karena pedas. Bagi anda pecinta masakan pedas, anda harus mencoba makanan yang satu ini.

Ciri Khas Banyuwangi

tari gandrung icon kota Banyuwangi
Tari Gandrung Banyuwangi

Tari Gandrung adalah tarian yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi yang berada di ujung timur pulau jawa. Tari Gandrung ini merupakan tarian yang menjadi icon dari Banyuwangi, jika anda berkunjung ke Banyuwangi anda akan menemui banyak patung penari Gandrung atau pun poster- poster lainnya tentang Banyuwangi.

Tari Gandrung Banyuwangi merupakan tarian yang dipadu dengan musik tradisional, dan tarian ini adalah percampuran dari dua tarian adat yaitu adat jawa dan juga adat Bali. Dan karena itulah tarian ini juga sangat mirip dengan Tarian- tarian khas Bali lainnya.

Tari Gandrung biasa di selenggarakan sebagai acara hiburan pada prosesi syukuran seperti Nikahan, Petik Laut, Sunatan Dll. Tarian khas Banyuwangi ini biasanya akan dimulai pada pukul 21.00 sampai menjelang subuh.

Tarian Gandrung khas Banyuwangi Jawa Timur ini dilakukan oleh penari- penari dari Banyuwangi dan biasanya penari wanita dan nantinya akan ada penari laki- laki sebagai tamu pengiring tarian ini. Yang akan di iringi oleh musik tradisional yang terdiri dari gong, gendang, kluncing, biola, dan sepasang kethuk, dan biasanya juga akan ditambah dengan iringan angklung dan juga electone sebagai pemeriah acara.
Sumber : Klik disini

Budaya Banyuwangi
Mantu Kucing, ritual ini dimulai sekitar tahun 1930-an. Saat itu Dusun Curahjati dilanda musim kemarau berkepanjangan. Para penduduk telah melakukan ibadah Salat Istisqa dan Tiban namun hujan tetap tidak turun. Akhirnya, Mbah Wono Samudro selaku lurah (ketua kampung) pada masa itu didatangi oleh Mbah Umbulsari (ada yang menyebut Mbah Kopek) yang dipercaya masyarakat sebagai roh penunggu mata air di desa tersebut. Ada dua versi cerita yang menyebutkan bahwa Mbah Umbulsari menemui Mbah Wono Samudro dalam kenyataan atau lewat mimpi. Dalam pertemuan tersebut Mbah Umbulsari berpesan agar para warga desa melaksanakan ritual Mantu Kucing.
Akhirnya ritual ini dilaksanakan setiap tahun. Ada anggapan bahwa kucing memiliki hubungan erat dengan hujan, hingga dengan memandikan kucing akan menyebabkan hujan turun. Pelaksanaan ritual ini dilakukan pada hari Jumat bulan November. Ritual dimulai pukul 09.00 diawali dengan berkumpul di rumah sesepuh dusun. Lalu, para warga berjalan kaki menuju ke mata air dengan menggendong dua kucing yang akan dinikahkan. Kadangkala, kucing dimasukkan ke dalam kurungan yang telah dihias. Dibelakang iring-iringan kucing, terdapat para penari jaranan yang bertindak sebagai hiburan pernikahan.
Puncak ritual dilakukan di bawah sebuah pohon di dekat mata air yang bersebelahan dengan sungai yang menjadi pembatas lahan hutan PT. Perhutani dengan area persawahan warga. Disana, sesepuh desa bersemedi kemudian dua kucing tadi dibawa ke tepi mata air dan diusap kepalanya sebagai simbol pernikahan. Setelah itu warga mulai berebut air yang dipercaya dapat membawa berkah. Acara ditutup dengan selamatan tumpeng yang telah digelar di sekitar mata air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar